17 April 2023
Bisnis.com, JAKARTA – Orang Jepang memiliki beberapa konsep dan filosofi paling penting untuk memastikan hidup dengan rahmat, kesadaran, kehormatan, penghargaan, dan penerimaan yang telah teruji oleh waktu. Simak 10 konsep hidup ala orang Jepang yang bisa Anda tiru.
Banyak yang tak tahu, beberapa pola pikir yang paling membantu untuk dijalani saat ini berasal dari budaya Jepang. Hal itu mengacu pada orang-orangnya yang memiliki umur panjang, konsep hidup Jepang cocok sebagai ‘role model’.
Berikut ini 10 konsep hidup ala orang Jepang yang bisa kita terapkan agar lebih bahagia dan sehat seperti dikutip dari Daily Sabah, Selasa (9/11/2021).
1. Ikigai: Alasan untuk Hidup
Konsep "ikigai" berarti mendefinisikan dan mempraktikkan tujuan hidup seseorang. Sederhananya adalah, pasti ada alasan mengapa Anda bangun di pagi hari. Konsep ini harus muncul dari keinginan diri sendiri dan menjadi sesuatu yang disukai dan kuasai.
Itu harus menjadi sesuatu yang dibutuhkan dunia dan jika perlu dapat memberikan imbalan finansial. Orang Jepang percaya bahwa setiap orang memiliki Ikigai mereka sendiri dan menganggapnya sebagai perjalanan penting untuk membawa kepuasan dan makna hidup. Cobalahan menemukan ketenangan ini dalam diri Anda.
2. Oubaitori: Jangan Membandingkan Diri
Konsep “oubaitori” mengandung arti untuk jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dengan kata lain, bersyukurlah. Mengacu dari empat karakter kanji, yaitu buah ceri, plum, persik, dan aprikot yang melambangkan perbedaan cara berkembangnya setiap pohon.
Hal tersebut memiliki makna bahwa setiap individu memiliki keistimewaan masing masing yang mungkin tidak dimiliki individu lain.
3. Kaizen: Terus-menerus Berkembang
Kaizen dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus atau perubahan menjadi lebih baik dan merupakan filosofi pribadi dan bisnis yang berusaha untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua tingkat hidup.
Pola pikir ini merupakan metode untuk melakukan perbaikan terus-menerus secara bertahap dan membuat perubahan kecil menjadi lebih baik dan menghargai prosesnya.
Kaizen pertama kali dipraktikkan oleh bisnis Jepang setelah Perang Dunia II, dan prinsip serta fungsinya kemudian dikenal sebagai "The Toyota Way."
Saat ini, Kaizen telah menjadi konsep yang menanamkan kebiasaan yang diinginkan, meningkatkan efisiensi dan fungsionalitas dalam kehidupan pribadi kita sendiri.
4. Wabi-Sabi: Mengagumi Ketidaksempurnaan
Istilah Wabi-Sabi bermakna menemukan keindahan di dalam sesuatu yang tidak kekal dan tidak sempurna. Dalam pengertian sederhana, pola pikir Wabi-Sabi berarti menerima kekurangan diri sendiri dan orang lain dengan murah hati.
5. Mottainai: Konsep Hidup Tidak Boros
Mottainai berarti memahami bahwa segala sesuatu yang dimiliki dan di alam tidak untuk digunakan secara boros.Semua harus dihormati dan disyukuri.
Konsep tersebut mengacu pada menghormati dan mengakui nilai sumber daya dengan demikian tidak menyia-nyiakannya. Melalui konsep ini pula mengarah pada gagasan tentang reducing, reusing and recycling.
6. Kintsugi: Seni Memperbaiki Emas
Bentuk seni Jepang yang disebut sebagai kintsugi, yang berarti perjalanan emas dan kintsukuroi, mengacu pada perbaikan emas. Konsep ini sering dikaitkan dengan perbaikan tembikar yang rusak dengan pernis emas atau perak.
Praktik kintsugi berasal dari konsep wabi-sabi di mana ketidaksempurnaan dianggap mengagumkan. Nama itu sendiri mengacu pada perjalanan emas yang kita semua miliki sehingga perspektif ini dapat membantu kita merangkul kekurangan kita sendiri sebagai hiasan yang membuat diri lebih cantik dan indah.
Banyak seniman yang terinspirasi oleh konsep tersebut dan menyalurkan bentuk seni ini dalam karya mereka.
7. Gaman: Menjaga Kehormatan, Meski Dalam Tekanan
Istilah Jepang, Gaman mengacu pada kesabaran, ketekunan, dan toleransi. Individu yang menggunakan pola pikir ini akan bertahan dalam situasi sulit dengan pengendalian diri dan martabat.
Sementara itu, dalam ajaran Buddhis Zen, Gaman adalah strategi untuk tetap ulet dan sabar selama masa-masa sulit dan merupakan ciri kematangan emosi.
8. Shikata ga nai: Menerima dan Merelakan
Shikata ga nai atau Sho ga nai adalah frasa Jepang yang memiliki arti “tidak dapat diselamatkan” atau “memang seperti ini.”
Taka da yang dapat dilakukan pada sesuatu yang kejadian yang sudah terjadi. Shikata ga nai adalah soal menerima. Konsep tersebut mengacu pada menerima segala sesuatu yang tidak dapat diubah, merelakannya, dan melangkah maju.
9. Yuugen: Melihat Keindahan yang Tidak Terlihat
Yuugen adalah kata dalam bahasa Jepang yang diterjemahkan sebagai "kedalaman misterius" dan mengacu pada kesadaran mendalam akan keindahan alam semesta yang melampaui penjelasan dengan kata-kata.
Setiap individu dapat merasakan nilai estetika pada suatu objek atau makhluk. Bahkan, individu dapat menemukan kehalusan dan kesulitan sebagai keindahan dalam dirinya sendiri.
10. Mono no aware: Empati
Secara harfiah, mono no aware berarti "kesedihan," tetapi juga diterjemahkan sebagai memiliki empati terhadap hal-hal dan ephemera - apa yang cepat berlalu. Individu yang menganut mono no aware memiliki kesadaran akan ketidakkekalan dan perasaan sentimen seperti kesedihan.
Mengikuti pola pikir dan hidup warga Jepang dapat membantu Anda melakukan self healing dan membuat Anda bebas dari stress. Coba terapkan, yuk!
31 Oktober 2024
Dalam kesibukan sehari-hari, stres seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas manusia dan berdampak pada kesehatan mental manusia.
Tips Mengatasi StresStesKiat Mengatasi Stres07 Desember 2022
Negara Dengan Jam Kerja Terlama & Tersingkat
NegaraJam KerjaTerlamaTersingkat31 Oktober 2024
Waktu-waktu yang menunjukkan seseorang dalam keadaan tidak sadar dengan lingkungan sekitarnya
Jam KomaArti Jam KomaJamKomaCara Mengatasi Jam KomaApa itu jam koma11 Juli 2023
Hindari Kebiasaan Ini Saat Pagi Hari, Bisa Picu Stres Seharian
TipsStresPagi