Mobbing: Bahayanya pada Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya

26 November 2024

20241126121714834.jpg

Istilah “mobbing” mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi fenomena ini kerap terjadi di tempat kerja. Konsep ini dicetuskan oleh Heinz Leymann yang memulai studi-nya pada tahun 1980-an. Penelitian yang dilakukan oleh Leymann didasarkan pada analisis mendalam terhadap berbagai kasus, terutama pada perawat yang mengalami tekanan psikologis parah akibat perilaku bermusuhan di lingkungan kerja. Beberapa dari mereka bahkan mencoba atau melakukan bunuh diri karena dampak serius dari mobbing yang mereka alami. 


Melalui studi tersebut, Leymann menyoroti bahwa mobbing merupakan tindakan negatif psikologis sistematis yang terjadi secara berulang dan melibatkan beberapa pelaku. Mobbing sering kali bertujuan untuk mengucilkan korban dari kelompok sosialnya atau membuat mereka merasa tidak nyaman sehingga meninggalkan tempat kerja. Istilah “mobbing” seringkali dikaitkan dengan workplace bullying. Namun, apakah keduanya sama?


Secara teknis, keduanya memiliki banyak kesamaan dalam konteks efek yang ditimbulkan, tetapi mobbing lebih mengacu pada intimidasi kelompok yang melibatkan beberapa pelaku, dengan tindakan seperti pelecehan verbal, isolasi sosial, hingga sabotase pekerjaan, untuk mendiskreditkan posisi korban dalam organisasi. 


Lalu, bagaimana cara mengenali dan menghadapi mobbing di lingkungan kerja?

Mengutip dari Leymann (1990), mobbing biasanya terjadi setidaknya seminggu sekali selama periode enam bulan atau lebih, tidak seperti konflik biasa. Mobbing juga melibatkan strategi yang terorganisir, termasuk manipulasi sosial, ancaman, atau isolasi terhadap korban. Dampak mobbing mencakup stres berat, kehilangan kepercayaan diri, dan bahkan gangguan kesehatan mental seperti depresi atau PTSD.


Mengatasi mobbing ataupun workplace bullying memang tidak mudah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri:

  1. Tetap tenang: Latih diri untuk memiliki batasan emosional yang sehat, agar kita tidak bereaksi berlebihan atau merasa buruk terhadap diri sendiri.
  2. Hadapi masalah secara langsung: Sampaikan pendapat atau perasaan kamu dengan jelas ketika berkomunikasi dengan pelaku.
  3. Laporkan pada atasan atau HRD: Komunikasikan masalah dengan tepat agar mereka dapat memberikan dukungan dan mencari solusi yang terbaik.
  4. Dokumentasikan kejadian: Catat waktu, tempat, dan siapa saja yang hadir saat peristiwa terjadi, untuk membantu proses pelaporan.
  5. Cari dukungan: Diskusikan perasaan kamu dengan rekan kerja, teman dekat, atau seorang terapis jika diperlukan. Dukungan ini bisa membantu mengurangi dampak dari perundungan yang dialami.
  6. Pertahankan perasaan dan pikiran positif: Fokuskan perhatian pada hal-hal yang dapat memperbaiki kesejahteraan emosional dan mental.


Dengan mengikuti enam langkah praktis yang telah disebutkan, kita bisa menciptakan ruang kerja yang lebih inklusif dan suportif, di mana setiap orang merasa dihargai dan aman. Yuk, bersama-sama peduli untuk lingkungan kerja yang lebih baik!


Sumber

Konten Lainnya

Image 20245311025283.jpg

26 Juni 2023

Jenis-jenis Kontrak Kerja Keryawan yang Perlu Diketahui

icon-arrow-up

Jenis-jenis Kontrak Kerja Keryawan yang Perlu Diketahui

Kontrak KerjaKaryawanPekerjaanPengertianTujuan
Image 20245395557393.jpg

28 September 2023

Penyebab dan Cara Menangani Panic Attack

icon-arrow-up

Penyebab dan Cara Menangani Panic Attack

Panic AttackPenyebabTipsMenanganiGangguan
Image 20245310824632.jpg

01 September 2023

5 Cara Cepat Mengatasi Insomnia

icon-arrow-up

5 Cara Cepat Mengatasi Insomnia

InsomniaGangguanTipsPenyebabKesehatan
Image 20245310356667.jpg

21 September 2023

Imposter Syndrome: Sukses, Tetapi Tidak Pede Dengan Pencapaian Diri

icon-arrow-up

Imposter Syndrome: Sukses, Tetapi Tidak Pede Dengan Pencapaian Diri

Impostor SyndromPengertianPenyebabGangguanTips