Post holiday blues: Fenomena stres yang sering dialami sehabis Liburan

02 Mei 2024

202452145153678.jpg

Libur dan cuti bersama pada momen Lebaran telah berakhir. Sebagian besar masyarakat, khususnya pekerja kembali menjalankan rutinitas sehari-hari. Kini, sebagian orang telah kembali bekerja. Namun, tak sedikit orang juga yang justru belum siap untuk kembali beraktivitas hingga mengalami post holiday blues.


Post holiday blues atau depresi pascaliburan adalah perasaan sedih yang dirasakan setelah liburan sebagaimana dikutip dari situs American Behavioral Clinics. Seseorang yang mengalami post holiday blues biasanya akan mengalami insomnia, kurang bersemangat, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, dan merasa cemas setelah liburan.


Depresi pascaliburan juga mengacu pada perasaan jangka pendek yang dialami individu setelah liburan seperti kesedihan, kesepian, kelelahan, kekecewaan, kelesuan, tekanan mental, atau bahkan ketakutan untuk menjalani kembali rutinitas dan pekerjaan harian.


Menurut data dari National Alliance on Mental Illness, sebanyak 64 persen orang melaporkan terkena depresi saat liburan, dan hal ini paling sering dipicu oleh tekanan finansial, emosional, dan fisik selama liburan berlangsung.


Meskipun merasa kecewa, lelah, atau bahkan sedih setelah liburan adalah hal yang normal dan kebanyakan orang dapat mengatasinya dengan relatif cepat, namun ada juga orang yang mungkin mengalami depresi tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama hingga membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasinya. 


Baca juga: Ribuan Calon Dokter Spesialis Mengalami Gejala Depresi, Begini Kata Pakar Kesehatan


Psikolog klinis di Lenox Hill Hospital di New York City Naomi Torres Mackie mengatakan menantikan sesuatu seperti liburan bisa terasa mengasyikkan, namun ketika peristiwa itu telah berlalu dan hilangnya kegembiraan itu bisa terasa buruk bagi seseorang. Hampir ada rasa penarikan diri secara emosional dari keceriaan liburan. "Setelah peristiwa menarik seperti liburan, seringkali ada perasaan kecewa," katanya seperti dikutip dari situs Health.


Senada, Nicole Hollingshead, psikolog dan asisten profesor klinis Kedokteran Keluarga dan Komunitas di The Ohio State University Wexner Medical Center mengatakan liburan menawarkan waktu bagi kebanyakan orang untuk memfokuskan energi mereka pada aktivitas-aktivitas yang menyenangkan seperti mendekorasi, membuat kue, merencanakan perjalanan, dan memberi hadiah.


"Setelah liburan berakhir, orang mungkin merasa tersesat atau hampa tanpa melakukan aktivitas yang bertujuan untuk membantu mereka fokus," katanya.


Depresi pascaliburan biasanya berlangsung selama dua minggu minggu. Namun, jika perasaan ini mulai mulai memengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti sulit bangun dari tempat tidur, pergi bekerja atau sekolah, meninggalkan rumah, menghabiskan waktu bersama orang lain, atau menyelesaikan tugas-tugas kecil, disarankan untuk memeriksanya kepada penyedia layanan kesehatan.


"Kami memperkirakan orang-orang yang mengalami kesedihan akan mengalami serangkaian hari-hari buruk yang terus-menerus. Tetapi jika Anda merasa sedih dan tertekan selama dua minggu atau lebih, maka Anda dapat mempertimbangkan untuk mencari bantuan [medis] atau dukungan tambahan,” ujar Hollingshead.

 

Ilustrasi seseorang merasa depresi. (Sumber gambar: Anthony Tran/Unsplash)


Gejala Post Holiday Blues

Gejala depresi pascaliburan bisa berbeda-beda dialami setiap orang. Meski demikian, ada beberapa gejala umum yang biasanya akan terjadi. Menukil dari situs Very Well Mind, sejumlah gejala depresi pascaliburan meliputi perasaan cemas, tidak termotivasi, mudah marah, tertekan, murung, tidak bisa tidur, dan khawatir tentang kondisi keuangan.


"Kalian mungkin juga mengalami perenungan berlebihan, memikirkan masalah atau peristiwa yang terjadi selama musim liburan. Hal ini dapat memperburuk perasaan depresi atau stres, kecemasan, dan kesedihan kalian," demikian tulis situs tersebut.


Emosi yang dirasakan saat terkena depresi pascaliburan juga beragam. Namun, ada empat emosi umum yang biasanya akan dirasakan yakni merasa hampa, merasa dikecewakan, kesepian, dan tertekan.


Seseorang bisa merasa hampa selama liburan bisa saja disebabkan karena kelelahan. Sebab, liburan juga acapkali membuat seseorang dipadati sejumlah kegiatan, misalnya melancong, main ke rumah saudara, dan sebagainya. 


Sementara itu, perasaan kecewa setelah liburan mungkin merupakan pemulihan seseorang dari emosi positif yang intens. Misalnya, kalian mungkin merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang luar biasa saat bertemu teman dan keluarga, lalu harus tiba-tiba sendiri saat liburan berakhir.


Selain itu, emosi yang biasanya dirasakan saat mengalami depresi pascaliburan ialah kesepian. Seseorang rentan mengalami merasa kesepian setelah liburan berakhir. Misalnya, setelah bertemu dengan banyak keluarga dan saudara di kampung halaman, seseorang harus kembali dan tinggal seorang diri di tanah perantauan.


Termasuk, perasaan tertekan yang disebabkan stres selama liburan. Misalnya, perjalanan mudik ke kampung halaman bisa saja membutuhkan waktu yang lama lantaran jauh plus macet di sejumlah ruas jalan. Begitupun ketika kembali ke rumah. Kondisi ini tentunya rentan membuat orang merasa lelah bahkan stres hingga menyebabkan perasaan depresi pascaliburan.


Penyebab Post Holiday Blues

Mengutip dari laman WebMD, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita depresi pascaliburan diantaranya perasaan tertekan, kelelahan, harapan yang tidak realistis, sikap konsumerisme yang berlebihan, stres finansial, serta ketidakmampuan untuk terus bersama dengan keluarga dan teman.


Sekalipun tidak termasuk dalam depresi, bisa saja seseorang merespons rasa stresnya pascaliburan dengan tanda-tanda seperti sakit kepala, minum dan makan berlebihan, serta insomnia. Faktor lainnya juga termasuk disebabkan oleh ekspektasi dan kekecewaan yang menumpuk dari tahun sebelumnya, ditambah dengan stres dan kelelahan.


Direktur Klinik Gangguan Kecemasan Johns Hopkins Paul Nestadt mengatakan pemicu kesedihan pascaliburan dapat bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan dengan liburan itu sendiri, seperti ekspektasi yang besar, pengingat akan orang-orang terkasih yang hilang atau terasing, dinamika keluarga yang sulit, serta beban keuangan. 


Baca juga: Kenali 5 Tanda Depresi, Salah Satunya Enggak Fokus


Di sisi lain, seseorang yang menikmati musim liburan mungkin akan menerima peningkatan dopamin dan serotonin, dua hormon perasaan senang, setelah menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Tak ayal, ketika berakhirnya musim liburan secara tiba-tiba juga dapat menimbulkan disorientasi, dan dapat memicu kesedihan pascaliburan.


"Ada kelelahan karena menjadi tuan rumah, bepergian, atau aspek-aspek gangguan normal lainnya yang diakibatkan oleh liburan. Semua ini mungkin sulit untuk diatasi," katanya. 


Sumber: Hypeabis.id

Konten Lainnya

Image 2024729122530330.jpg

29 Juli 2024

Konsisten: Tangga Menuju Kesuksesan

icon-arrow-up

Tips Menjadi Pribadi yang Konsisten

KonsistenTipsTips Menjadi KonsistenKesuksesanSukses dengan KonsistenApa itu konsisten
Image 2024729191423211.jpg

29 Juli 2024

5 Gangguan Mental Akibat Overthinking

icon-arrow-up

5 Gangguan Mental Akibat Overthinking

overthinkingdapak dari overthingkingkesehatan mental
Image 2024112585315825.jpg

25 November 2024

Kebiasaan Hidup Sehat yang Diterapkan Gen Z di Indonesia

icon-arrow-up

Berdasarkan hasil survei Jakpat, banyak minum air putih menjadi kebiasaan hidup sehat yang paling banyak diterapkan oleh gen z di Indonesia.

Kebiasaan HidupGen ZMinumHidup Sehat
Image 202292104236373.jpg

29 Agustus 2022

Yuk Bergabung di Bisnis Indonesia Group

icon-arrow-up

Yuk Bergabung di Bisnis Indonesia Group

Bisnis IndonesiaBIGBisnisAlasan gabungBisnis Indonesia Group